Jumat, 12 Agustus 2011

Alat pemungut sampah

pengumpul sampah: Alat pengumpul sampah ciptaan SMKN 3 Tanjungpiayu.

Berawal karena kasihan melihat buruh kasar selalu menyapu jalan raya, membuat Gussaptono, terinspirasi membuat alat pengumpul sampah.

MARTUNAS – Batam

“Saat itu saya lewat dari Mukakuning. Siang itu saya melihat salah seorang pekerja pengumpul sampah di sana. Kasihan harus jalan kaki terus dan menahan panas,” kisah mantan guru SMKN 1 Batuaji ini.

Setibanya di sekolah, apa yang dilihatnya di jalan tersebut masih terus membayanginya. Yang ada dalam benaknya adalah bagaimana membantu para pekerja seperti itu tanpa harus berjalan kaki.

“Mereka itu capek tak hanya karena jalan kaki saja. Mereka juga harus tunduk setiap kali melihat sampah. Kemudian berdiri lagi, jalan kaki, tunduk lagi. Begitulah bertahun-tahun. Makanya saya berpikir bagaimana agar pekerjaan mereka lebih mudah,” katanya menjelaskan.

Ia kemudian mengambil buku dan membuat sketsa sebuah sepeda yang bisa menyedot sampah sambil berjalan. Setekah dibuat sketsa, kemudian digambar ulang dan ukurannya juga ditentukan.

Saat itu, ia sedikit terkendala dengan cara kerja penghisap sampah ini karena tanpa motor (seperti dinamo). Ia merancang bagaimana agar alat tersebut tak menggunakan BBM namun manfaatnya besar.

Kemudian dia merancang sebuah alat penghisap sampah dengan cara diputar. Sepeda pun disulap sebagai alat utama alat itu. Di bagian samping sepeda disambungkan sebuah kotak sampah. Kemudian alat pemutar diletakkan di atas kotak itu dan sumbunya terhubung hingga ke alat pengais sampai di bagian dasar.

“Prinsip kerjanya, tangan kiri memutar sumbu ini sambil mengayuh sepedanya. Jadi, sambil jalan sampah-sampah sudah dibersihkan. Jika lokasi yang akan dibersihkan luas, tinggal berputar saja. Jadi tidak perlu harus tunduk terus,” paparnya.

Alat ini sudah pernah dipamerkan di BCS saat mengikuti lomba Teknologi Tepat Guna yang digelar Dinas UKM dan Koperasi Kota Batam setahun lalu. Saat itu, alat tersebut berhasil menjadi juara II. Dua tahun sebelumnya, ia juga menciptakan alat isi ulang baterai secara manual.

Alat pemungut sampah rancangannya itu kini sudah masuk gudang. Kondisinya masih bagus meski ada sedikit kerusakan. Alat ini juga sudah pernah dipamerkan pada beberapa lomba di Jawa.
Kembali ke alat pengisi aki baterai, ia merancang alat tersebut karena tersentuh dengan konsisi masyarakat di hinterland. Di sana masih banyak warga yang menggunakan baterai.

“Alat itu cocoknya di pulau-pulau. Sebab, jika mereka hendak mengisi ulang baterainya cukup dengan alat seperti itu. Satu alat saja bisa untuk satu kampung. Tak perlu repot-repot ke kota karena habis di ongkos saja,” tambahnya.

Beberapa prestasi yang diukir Gussaptono membuatnya masuk menjadi guru terbaik SMK se-Batam. Penghargaan itu ia terima beberapa waktu lalu bersamaan dengan Le Lindrawijaya, Kepsek SMK terbaik se-Batam.
Lea sendiri mengaku jasa dan perubahan yang lebih baik sudah banyak dilakuka Gussaptono di sekolah itu.

“Kami senang punya guru seperti bapak ini. Semoga bisa jadi motivasi buat guru-guru lainnya agar sekolah ini makin baik ke depannya,” harapannya.

Gussaptono sendiri merasa apa yang diterimanya dan yang sudah dilakukannya di sekolah itu masih kurang. “Jika memang saya bisa melakukan yang lebih baik lagi, itu akan tetap saya kerjakan. Yang penting bagaimana agar pendidikan di Batam khususnya di sekolah kita ini lebih maju,” jelasnya.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar